PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
Pesan Pastoral
Majelis Pekerja Harian PGI
Menyambut Pemilu, 17 April 2019
Saudara-saudara yang kekasih,
Dalam rasa syukur kami mengajak Saudara-saudara untuk menyambut Pesta Demokrasi yang akan kita laksanakan pada 17 April 2019 yang akan datang. Melalui Pemilihan Umum (Pemilu) kali ini, kita akan memilih Presiden/Wakil Presiden (Pilpres) dan Anggota Legislatif (Pileg) untuk lima tahun ke depan. Pesta Demokrasi ini kita sambut sebagai anugerah Tuhan bagi bangsa kita. Melalui proses Pilpres dan Pileg kita akan memilih pemimpin negara dan wakil rakyat yang bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan pembangunan menuju terwujudnya masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang disepakati bersama di Indonesia, yakni sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Meski demokrasi belumlah merupakan suatu sistem yang sempurna tetapi inilah sistem terbaik bagi bangsa Indonesia yang besar dan sangat majemuk saat ini. Demokrasi mencegah kesewenang-wenangan penguasa atas siapa pun dan sikap anarkisme oleh kelompok masyarakat mana pun. Demokrasi menempatkan setiap warganegara dalam keadilan dan kesetaraan. Karena itu, kita harus mempertahankan sistem demokrasi sekaligus menggunakan momentum berdemokrasi lewat Pilpres dan Pileg 2019 dan menjadikannya sebagai perayaan kontestasi politik yang beradab dan bermartabat.
Gereja-gereja di Indonesia ditempatkan Allah di bumi Pancasila ini untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat di mana Tuhan tempatkan dan berdoa bagi kemaslahatan segenap bangsa (Yer.29:7). Kita berharap semoga Pemilu 2019 berlangsung dalam semangat membangun demokrasi yang setara bagi semua warga bangsa. Kami prihatin mengamati kondisi sosial politik yang berkembang saat ini yang cenderung melemahkan nilai-nilai dan semangat demokrasi. Hal ini nampak dalam maraknya penyebaran ujaran kebencian dan berita bohong, serta politisasi SARA, hal-hal yang dapat mengancam keutuhan bangsa kita serta melemahkan semangat persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia yang majemuk. Dibutuhkan sikap kenegarawan kita yang tinggi serta komitmen kebangsaan kita dalam menghadapi Pesta Demokrasi ini.
Dalam kaitan ini, Majelis Pekerja Harian PGI menyerukan:
1. Kepada Gereja-gereja agar:
Memasukkan proses-proses politik ini dalam agenda pastoralnya, antara lain dengan a). mendoakan proses Pemilu berjalan dengan baik, seturut kehendak Tuhan; b). mendampingi warga gereja dalam mempersiapkan diri menghadapi Pesta Demokrasi ini; c). menyadarkan warga gereja tentang tanggung jawabnya sebagai warganegara dalam ikut menentukan dan membangun masa depan bangsa yang lebih adil, sejahtera dan berkeadaban; dan d). meyakinkan mereka bahwa keikutsertaan mereka dalam Pemilu adalah tindakan iman dan bukan hanya hak konstitusi; dan e). ikut serta mengawal proses demokrasi ini dan memastikan bahwa proses ini berjalan baik, transparan dan damai. Gereja juga perlu secara serius memotivasi warganya agar mampu bersikap kritis terhadap penyalah-gunaan gedung gereja, politik uang, maupun kepentingan primordial atau sektarianisme yang bisa membawa perpecahan internal gereja dan bahkan perpecahan dalam masyarakat. Hendaknya gedung gereja tidak dijadikan sebagai ajang kampanye demi kepentingan aktor-aktor maupun partai-partai politik mana pun.
2. Kepada Warga Jemaat agar:
Ikut hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab. Dengan demikian kita meminimalisasi kemungkinan penyalahgunaan kertas suara oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Jangan golput! Kami mendorong seluruh warga jemaat untuk proaktif mencek Daftar Pemilih Tetap dan memastikan namanya tercantum di sana. Jika hendak bepergian hendaknya mengurus Formulir A5 agar dapat mencoblos di daerah yang dituju. Diharapkan seluruh warga gereja dapat memastikan seluruh anggota keluarga, teman kerja, asisten rumah tangga dan orang-orang di sekitar lingkungannya yang telah memiliki hak pilih namun tidak berada di tempat asal pada waktu pemilihan agar segera mengurus Form A5 di kantor KPU kabupaten/kota tempat yang dituju. Jika hendak berlibur pada hari pemilihan, kami sarankan untuk berangkat setelah menyelesaikan pencoblosan di TPS. Dalam menentukan pilihan, hendaknya merujuk kepada nasihat ketika hendak memilih pemimpin umat sbb.: “…carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya dan yang benci kepada pengejaran suap…(Kel.18:21), “sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutar balikkan perkara orang-orang yang benar.” (Kel.23:8).
Pelajari track record atau rekam jejak para calon, apakah sudah terbukti dalam memikirkan dan melakukan hal-hal
yang mensejahterakan seluruh rakyat atau baru sebatas janji-janji; utamakan pemimpin yang memiliki integritas,
menghargai kemajemukan, menjunjung hak asasi manusia, kebebasan beragama serta kesetaraan gender; berwawasan
lingkungan, jujur dan santun; tidak terindikasi korupsi dan melakukan politik uang; serta berpihak pada nilai-nilai
kemanusiaan dan mengutamakan persatuan bangsa.
Jauhi hoaks dan/atau kebohongan. Ingatlah nasihat Paulus dalam 1 Tesalonika 5:21: “ujilah segala sesuatu dan
peganglah yang baik.” Hargailah sesama warganegara walaupun pilihan politiknya mungkin berbeda. Warga gereja
dapat berpartisipasi dalam memantau proses persiapan pemilu, waktu pelaksanaan pemilu, dan pada waktu
penghitungan di TPS-TPS. Warga gereja dapat melaporkan kepada Bawaslu atau KPU terkait pelanggaranpelanggaran
dalam penyelenggaraan Pemilu tanpa takut.
3. Kepada Para Kontestan – Capres/Cawapres dan Caleg:
Kami mengapresiasi keikutsertaan Anda dalam kontestasi Pilkada kali ini, yang kami pahami sebagai wujud
keterpanggilan Anda membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kekuasaan adalah sarana untuk melayani,
karena itu komitmen untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, terutama yang miskin, termarginal dan
terdiskriminasi, adalah hal yang mutlak. Hendaklah Anda bersikap jujur, menjauhkan diri dari suap maupun dari
penggunaan dana-dana Pemerintah, seperti dana bantuan sosial, yang tidak transparan. Hendaklah Anda
tidak menghalalkan cara-cara yang melanggar hukum atau memanipulasi isu gender, etnik, gereja atau agama yang
bersifat sektarian dan primordial sempit demi mengejar kepentingan pribadi dan kelompok. Saat Pemilu usai, kami
berharap Anda mampu berjiwa besar, terutama saat menerima hasil Pilpres dan Pileg demi menjaga ketertiban,
perdamaian dan ketentraman masyarakat.
4. Kepada Penyelenggara Pemilu:
Pemilu Serentak memberi beban sangat berat kepada pihak penyelenggara, yakni KPU dan Bawaslu/Panwas. Kepada
penyelenggara kami berdoa dan berharap, semoga dimampukan melaksanakan mandat ini secara profesional dan
bertanggung jawab, jujur, adil, transparan dan tidak memihak. Masa depan demokrasi kita bergantung pada integritas,
kejujuran dan komitmen Anda.
5. Kepada Aparat Keamanan:
Anda akan melakukan tugas yang sangat berat. Kami bangga karena Anda merupakan komponen yang penting dalam
proses demokratisasi Indonesia. Kami mendoakan agar Anda mampu melakukan tugas dan tanggung jawab Anda
dengan baik sehingga Pemilu dapat berjalan dalam suasana yang kondusif, aman dan tenteram bagi seluruh
warga terutama bagi mereka yang akan menggunakan hak pilihnya. Marilah kita terus mendoakan seluruh proses
Pesta Demokrasi ini agar hikmatNya menuntun kita untuk memilih pemimpin-pemimpin yang dapat mengarahkan
bangsa kita ke arah kehidupan bangsa Indonesia yang dipenuhi damai sejahteraNya untuk semua.
"Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan
kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun
keturunanmu." (Ul. 30:19)
Demikianlah pesan ini kami sampaikan. Kiranya kuat kuasa Roh Kudus menyertai kita semua.
Jakarta, 8 Maret 2019
an. Majelis Pekerja Harian PGI
Pdt. Henriette Hutabarat Lebang Pdt. Gomar Gultom
Ketua Umum Sekretaris Umum
Pesan Pastoral
Majelis Pekerja Harian PGI
Menyambut Pemilu, 17 April 2019
Saudara-saudara yang kekasih,
Dalam rasa syukur kami mengajak Saudara-saudara untuk menyambut Pesta Demokrasi yang akan kita laksanakan pada 17 April 2019 yang akan datang. Melalui Pemilihan Umum (Pemilu) kali ini, kita akan memilih Presiden/Wakil Presiden (Pilpres) dan Anggota Legislatif (Pileg) untuk lima tahun ke depan. Pesta Demokrasi ini kita sambut sebagai anugerah Tuhan bagi bangsa kita. Melalui proses Pilpres dan Pileg kita akan memilih pemimpin negara dan wakil rakyat yang bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan pembangunan menuju terwujudnya masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang disepakati bersama di Indonesia, yakni sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Meski demokrasi belumlah merupakan suatu sistem yang sempurna tetapi inilah sistem terbaik bagi bangsa Indonesia yang besar dan sangat majemuk saat ini. Demokrasi mencegah kesewenang-wenangan penguasa atas siapa pun dan sikap anarkisme oleh kelompok masyarakat mana pun. Demokrasi menempatkan setiap warganegara dalam keadilan dan kesetaraan. Karena itu, kita harus mempertahankan sistem demokrasi sekaligus menggunakan momentum berdemokrasi lewat Pilpres dan Pileg 2019 dan menjadikannya sebagai perayaan kontestasi politik yang beradab dan bermartabat.
Gereja-gereja di Indonesia ditempatkan Allah di bumi Pancasila ini untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat di mana Tuhan tempatkan dan berdoa bagi kemaslahatan segenap bangsa (Yer.29:7). Kita berharap semoga Pemilu 2019 berlangsung dalam semangat membangun demokrasi yang setara bagi semua warga bangsa. Kami prihatin mengamati kondisi sosial politik yang berkembang saat ini yang cenderung melemahkan nilai-nilai dan semangat demokrasi. Hal ini nampak dalam maraknya penyebaran ujaran kebencian dan berita bohong, serta politisasi SARA, hal-hal yang dapat mengancam keutuhan bangsa kita serta melemahkan semangat persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia yang majemuk. Dibutuhkan sikap kenegarawan kita yang tinggi serta komitmen kebangsaan kita dalam menghadapi Pesta Demokrasi ini.
Dalam kaitan ini, Majelis Pekerja Harian PGI menyerukan:
1. Kepada Gereja-gereja agar:
Memasukkan proses-proses politik ini dalam agenda pastoralnya, antara lain dengan a). mendoakan proses Pemilu berjalan dengan baik, seturut kehendak Tuhan; b). mendampingi warga gereja dalam mempersiapkan diri menghadapi Pesta Demokrasi ini; c). menyadarkan warga gereja tentang tanggung jawabnya sebagai warganegara dalam ikut menentukan dan membangun masa depan bangsa yang lebih adil, sejahtera dan berkeadaban; dan d). meyakinkan mereka bahwa keikutsertaan mereka dalam Pemilu adalah tindakan iman dan bukan hanya hak konstitusi; dan e). ikut serta mengawal proses demokrasi ini dan memastikan bahwa proses ini berjalan baik, transparan dan damai. Gereja juga perlu secara serius memotivasi warganya agar mampu bersikap kritis terhadap penyalah-gunaan gedung gereja, politik uang, maupun kepentingan primordial atau sektarianisme yang bisa membawa perpecahan internal gereja dan bahkan perpecahan dalam masyarakat. Hendaknya gedung gereja tidak dijadikan sebagai ajang kampanye demi kepentingan aktor-aktor maupun partai-partai politik mana pun.
2. Kepada Warga Jemaat agar:
Ikut hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab. Dengan demikian kita meminimalisasi kemungkinan penyalahgunaan kertas suara oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Jangan golput! Kami mendorong seluruh warga jemaat untuk proaktif mencek Daftar Pemilih Tetap dan memastikan namanya tercantum di sana. Jika hendak bepergian hendaknya mengurus Formulir A5 agar dapat mencoblos di daerah yang dituju. Diharapkan seluruh warga gereja dapat memastikan seluruh anggota keluarga, teman kerja, asisten rumah tangga dan orang-orang di sekitar lingkungannya yang telah memiliki hak pilih namun tidak berada di tempat asal pada waktu pemilihan agar segera mengurus Form A5 di kantor KPU kabupaten/kota tempat yang dituju. Jika hendak berlibur pada hari pemilihan, kami sarankan untuk berangkat setelah menyelesaikan pencoblosan di TPS. Dalam menentukan pilihan, hendaknya merujuk kepada nasihat ketika hendak memilih pemimpin umat sbb.: “…carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya dan yang benci kepada pengejaran suap…(Kel.18:21), “sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutar balikkan perkara orang-orang yang benar.” (Kel.23:8).
Pelajari track record atau rekam jejak para calon, apakah sudah terbukti dalam memikirkan dan melakukan hal-hal
yang mensejahterakan seluruh rakyat atau baru sebatas janji-janji; utamakan pemimpin yang memiliki integritas,
menghargai kemajemukan, menjunjung hak asasi manusia, kebebasan beragama serta kesetaraan gender; berwawasan
lingkungan, jujur dan santun; tidak terindikasi korupsi dan melakukan politik uang; serta berpihak pada nilai-nilai
kemanusiaan dan mengutamakan persatuan bangsa.
Jauhi hoaks dan/atau kebohongan. Ingatlah nasihat Paulus dalam 1 Tesalonika 5:21: “ujilah segala sesuatu dan
peganglah yang baik.” Hargailah sesama warganegara walaupun pilihan politiknya mungkin berbeda. Warga gereja
dapat berpartisipasi dalam memantau proses persiapan pemilu, waktu pelaksanaan pemilu, dan pada waktu
penghitungan di TPS-TPS. Warga gereja dapat melaporkan kepada Bawaslu atau KPU terkait pelanggaranpelanggaran
dalam penyelenggaraan Pemilu tanpa takut.
3. Kepada Para Kontestan – Capres/Cawapres dan Caleg:
Kami mengapresiasi keikutsertaan Anda dalam kontestasi Pilkada kali ini, yang kami pahami sebagai wujud
keterpanggilan Anda membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kekuasaan adalah sarana untuk melayani,
karena itu komitmen untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, terutama yang miskin, termarginal dan
terdiskriminasi, adalah hal yang mutlak. Hendaklah Anda bersikap jujur, menjauhkan diri dari suap maupun dari
penggunaan dana-dana Pemerintah, seperti dana bantuan sosial, yang tidak transparan. Hendaklah Anda
tidak menghalalkan cara-cara yang melanggar hukum atau memanipulasi isu gender, etnik, gereja atau agama yang
bersifat sektarian dan primordial sempit demi mengejar kepentingan pribadi dan kelompok. Saat Pemilu usai, kami
berharap Anda mampu berjiwa besar, terutama saat menerima hasil Pilpres dan Pileg demi menjaga ketertiban,
perdamaian dan ketentraman masyarakat.
4. Kepada Penyelenggara Pemilu:
Pemilu Serentak memberi beban sangat berat kepada pihak penyelenggara, yakni KPU dan Bawaslu/Panwas. Kepada
penyelenggara kami berdoa dan berharap, semoga dimampukan melaksanakan mandat ini secara profesional dan
bertanggung jawab, jujur, adil, transparan dan tidak memihak. Masa depan demokrasi kita bergantung pada integritas,
kejujuran dan komitmen Anda.
5. Kepada Aparat Keamanan:
Anda akan melakukan tugas yang sangat berat. Kami bangga karena Anda merupakan komponen yang penting dalam
proses demokratisasi Indonesia. Kami mendoakan agar Anda mampu melakukan tugas dan tanggung jawab Anda
dengan baik sehingga Pemilu dapat berjalan dalam suasana yang kondusif, aman dan tenteram bagi seluruh
warga terutama bagi mereka yang akan menggunakan hak pilihnya. Marilah kita terus mendoakan seluruh proses
Pesta Demokrasi ini agar hikmatNya menuntun kita untuk memilih pemimpin-pemimpin yang dapat mengarahkan
bangsa kita ke arah kehidupan bangsa Indonesia yang dipenuhi damai sejahteraNya untuk semua.
"Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan
kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun
keturunanmu." (Ul. 30:19)
Demikianlah pesan ini kami sampaikan. Kiranya kuat kuasa Roh Kudus menyertai kita semua.
Jakarta, 8 Maret 2019
an. Majelis Pekerja Harian PGI
Pdt. Henriette Hutabarat Lebang Pdt. Gomar Gultom
Ketua Umum Sekretaris Umum
Persekutuan Gereja-gereja
|
Bahan-bahan bible Study yang dipersiapkan untuk acara Conference on World Mission and Evangelism (CWME) di Arusha, Tanzania, pada 8-13 Maret 2018; dengan Tema: Moving in The Spirit: Called to Transforming Discipleship -- lihat di http://www.oikoumene.org/en/mission2018/spiritual-life
Bible Study 1: Following Jesus Becoming Disciples http://www.oikoumene.org/en/resources/documents/commissions/mission-and-evangelism/bible-study-1-cwme-arusha-tanzania/ Bible Study 2: Transforming the World: According to Jesus' Vision of The Kingdom http://www.oikoumene.org/en/resources/documents/commissions/mission-and-evangelism/bible-study-2-cwme-arusha-tanzania/ BIble Study 3: Transforing The World: Eqquiping Disciples http://www.oikoumene.org/en/resources/documents/commissions/mission-and-evangelism/bible-study-3-cwme-arusha-tanzania/ Bible Study 4: Eqquiped Disciples: Embracing The Cross http://www.oikoumene.org/en/resources/documents/commissions/mission-and-evangelism/bible-study-4-cwme-arusha-tanzania/ Theme Song Music: http://www.oikoumene.org/en/mission2018/RohowaMungunjookwetubyBridgetNgeiyamu.pdf "Sending Service" Menutup Conference on World Mission and Evengelism di Arusha Tanzania https://www.oikoumene.org/en/press-centre/news/arusha-call-to-discipleship-issued "Arusha Call to Discipleship" https://www.oikoumene.org/en/press-centre/news/arusha-call-to-discipleship-issued |
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
|
PESAN SIDANG MPL-PGI 2018
“Indonesia Keluarga Kita, Pancasila Rumah Kita” Salama’ Sitammu inde Tana Luwu (Selamat Bertemu di Tanah Luwu)
Demikian Pesan Sidang MPL-PGI 2018. https://pgi.or.id/pesan-sidang-mpl-pgi-2018/ Pesan Natal Bersama PGI dan KWI 2018YESUS KRISTUS HIKMAT BAGI KITA
Saudara-saudari terkasih, Setiap kali merayakan Natal, kita bersukacita atas kelahiran Yesus. Peristiwa ini sungguh menyatakan betapa besar kasih Allah kepada kita: “sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh yang kekal” (Yoh 3: 16). Kedatangan-Nya disambut baik oleh para gembala, yakni orang-orang kecil yang merindukan Juruselamat, maupun oleh orang-orang Majus, yakni kalangan bijak dan terhormat yang mencari kebenaran dan keselamatan. Janji Allah akan keselamatan terwujud dalam diri Yesus, yakni meskipun Anak Allah telah “merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:8). Melalui kerendahan hati dan pengorbanan diri, Yesus melaksanakan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Begitulah hikmat Allah yang berbeda dengan hikmat dunia. Itulah sebabnya Paulus menyebut Yesus sebagai hikmat Allah bagi Kita (I Kor 1: 24, 30). Sudah lebih dari dua ribu tahun Yesus datang ke dunia, tetapi karya keselamatan yang Dia tawarkan kepada umat manusia masih harus terus diwujudkan. Banyak orang telah menanggapi undangan Allah ini dalam hidup sehari-hari, di antaranya, dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Akan tetapi, kita masih menjumpai orang yang tidak peduli pada suara hati dan tidak mengindahkan hati nurani serta tidak malu terhadap sesamanya dan tidak takut kepada Allah hingga berbuat sesuatu yang melanggar hak asasi manusia. Tiada lagi sukacita dan gembira ketika manusia diperlakukan tidak adil oleh sesama; saat HAM diinjak-injak. Saudara-saudara terkasih, Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat yang dianugerahkan Allah kepada setiap orang. Perwujudan HAM secara baik dan benar membuat manusia hidup secara manusiawi. Dalam Perjanjian Lama, Allah memanggil para nabi, salah satunya, untuk mewujudkan keadilan yang juga berkaitan dengan HAM. Nabi Amos mengingatkan bahwa mereka yang menginjak-injak hak asasi orang-orang lemah dan miskin tidak akan hidup sejahtera (bdk. Am 5:11-12). Lalu, Amos mengajak umatnya: “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu….” (Am 5: 14). Kita patut bersyukur kepada Allah karena bangsa Indonesia menjunjung tinggi HAM. Kita pantas berterima kasih kepada pemerintah yang telah berusaha menangani masalah HAM secara serius. Sekalipun demikian, persoalan HAM masih terjadi di sejumlah tempat. Pelanggaran HAM berat di masa lalu belum selesai secara tuntas. Hak hidup layak di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitn dengan keamanan dan kenyamanan hidup masih terganggu di beberapa daerah. Kebebasan berbicara dan berujar dikacaukan oleh maraknya ujar kebencian dan berita bohong yang kadang disertai kekerasan baik secara fisik maupun psikis. Ancaman, pengrusakan dan penutupan rumah ibadah masih terjadi. Izin mendirikan rumuh ibadah masih tersendat. Eksploitasi alam berlebihan dan transaksi penjualan tanah masih merugikan masyarakat tertentu. Hak ekologis untuk menikmati lingkungan yang sehat tidak sepenuhnya dirasakan, terutama oleh kalangan masyarakat sederhana, karena pencemaran air, tanah dan udara. Hal-hal sedemikian merupakan pelanggaran terhadap HAM dan itu adalah tindakan manusia yang hidup menurut hikmat dunia. Syukur kepada Allah, berkat Yesus Kristus kita dipanggil untuk hidup menurut hikmat ilahi. Yesus Kristus itulah hikmat Allah bagi kita. Kristus itulah yang mengajarkan kita nilai-nilai Kerajaan Allah serta mengajak kita hidup saling mengasihi dan rela berkorban demi terciptanya kesejanteraan bersama. Yesus menunjukan hikmatnya, melalui pewartaan Injil dan tindakan belaskasihan untuk menguduskan dan menebus kita. Paulus merumuskannya dengan bagus: “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Kor 1:30). Kita diajak untuk menyadari panggilan sebagai pribadi berkhitmat yang dipilih untuk melayani bukan untuk dilayani. Prilaku pemimpin yang koruptif telah merusak kesadaran moral masyarakat, seolah jalan pintas yang tidak pantas adalah cara cepat mencapai keberhasilan. Tindakan koruptif sering berhubungan dengan pelanggaran HAM. Untuk itu, kita membutuhkan pemimpin dan wakil rakyat yang penuh hikmat. Hal ini sejalan dengan sila ke-4 Pancasila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Saudara-saudari terkasih, Natal mengingatkan kita akan hikmat Allah yang terwujudkan dalam diri Yesus. Natal bukan semata mengenang kelahiran Yesus sebagai bayi di atas palungan, tetapi juga kehidupan Yesus yang penuh hikmat dan dicurahi Roh Kudus. Ia datang membawa Tahun Rahmat Tuhan (bdk. Luk 4: 18-19). Kata-katanya tidak menekan, tetapi menyejukkan. Nasihatnya tidak meninabobokan, tetapi menegur dan memberi jalan. Tegurannya bukan penghujatan, tetapi jalan keselamatan. Ajarannya bukan asal menyenangkan, tetapi mengembalikan martabat manusia. Saat ditanya murid-murid Yohanes apakah Dia itu Mesias, Yesus menjawab: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7:22). Marilah kita merayakan Natal bukan hanya dengan nyanyian dan pujian saja, tetapi juga dengan upaya konkret untuk hidup dalam hikmat Allah. Kita diajak untuk membela hak-hak asasi manusia sebagai ungkapan kewajiban asasi manusia. Perayaan kelahiran Yesus, Sang Juruselamat, menjadi saat dan kesempatan untuk memahami hakikat HAM secara baik dan benar, menyadari luhurnya martabat manusia dan pentingnya gerakan menghormati hak asasi manusia. Semoga Natal ini sungguh menjadi saat bagi kita untuk bersukacita dan bergembira. Yesus, Sang Imanuel dan Hikmat Allah bagi kita, sungguh lahir di tengah-tengah kita dan memimpin kita untuk hidup dalam hikmat Allah. SELAMAT NATAL 2018 DAN TAHUN BARU 2019 Jakarta, 14 November 2018 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat-Lebang (Ketua Umum PGI) Mgr. Ignatius Suharyo (Ketua KWI) Pdt. Gomar Gultom (Sekretaris Umum PGI) Mgr. Antonius Bunjamin, OSC. (Sekretarian Jenderal KWI) Sumber: https://pgi.or.id/pesan-natal-bersama-persekutuan-gereja-gereja-di-indonesia-dan-konferensi-waligereja-indonesia-2018/ Week of Prayer for Christian Unity 2019Sekilas WPCU
Sejak tahun 1966, WPCU dipersiapkan oleh Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani, Vatikan, dan Komisi Iman dan Tata Gereja, Dewan Gereja-gereja Sedunia, Jenewa. Pekan Doa ini, yang di berbagai tempat diadakan pada 18-25 Januari setiap tahun, didorong oleh kesadaran akan pentingnya peranan doa bersama untuk mewujudnyatakan kesatuan tubuh Kristus dalam melayani di tengah dunia. Gerakan doa ini merupakan sebuah gerakan yang sudah dimulai sekitar abad ke-18, diusahakan oleh berbagai denominasi Kristen, al. Pentakosta, Katolik Roma, Anglikan. Ketika 500 tahun Reformasi oleh Martin Luther diperingati secara global, KWI dan PGI menyadur bersama materi Pekan Doa 2017 untuk digunakan oleh gereja-gereja di Indonesia. Dalam perkembangannya, Pekan Doa ini mendapat dukungan dari lembaga gereja aras nasional lainnya yang tergabung dalam Forum Umat Kristiani Indonesia (FUKRI) dan Jaringan Doa Nasional (JDN). Materi Pekan Doa 2019, yang digunakan oleh gereja-gereja di seluruh dunia, dipersiapkan oleh Tim Indonesia dari PGI dan KWI. Tema yang dipilih untuk WPCU atau Pekan Doa 2019 adalah: “Kejarlah Keadilan” (bdk. Ul. 16:20). Tema ini dipilih oleh Tim Indonesia bertolak dengan bertolak dari kenyataan di Indonesia maupun di dunia di mana KETIDAKADILAN merupakan salah satu isu pokok yang harus ditanggulangi bersama demi kesejahteraan masyarakat dunia dan Indonesia khususnya, serta kelestarian alam semesta di tengah krisis ekologis global saat ini. Sumber: https://pgi.or.id/ketum-pgi-wpcu-2019-momen-untuk-mewujudnyatakan-keadilan-dan-damai-sejahtera/ Unduh Buku Doa: https://pgi.or.id/wp-content/uploads/2019/01/WPCU-2019-untuk-Jemaat.pdf |